Besar kecil keinginan untuk memiliki rumah pribadi, untuk tiap-tiap orang pastilah berbeda. Semua juga memang tergantung rejeki dari Yang Di Atas. Ada yang santai bersabar menunggu 'tiba' waktunya, ada yang ngebet banget (seperti saya^^). Ada yang santai tapi dengan doa & rencana matang, ada yang santai bin pasarah (alias terserah 'opo jare' ^^), ada yang ngebet tapi juga dengan doa & rencana matang, ada yang ngebet tapi dengan cara 'tarzan-tarzan-an' (lagi2 seperti saya ^.^').
Berdasarkan pengalaman pribadi (kami), berikut hal-hal yang harus jadi pertimbangan sebelum memutuskan untuk Kredit rumah :
1. Dana Uang Muka dan Akad Kredit
Yang paling pertama tentulah harus memastikan dana yang tersedia, cukup atau tidak.
Dana ini harus mencakup biaya-biaya :
- Biaya uang muka yang ditetapkan developer (biasanya 10% dari harga jual rumah).
- Biaya akad kredit, tahun 2009 lalu untuk rumah non regency total biaya (plus tetek bengek ini itu) yang harus kami keluarkan kurang lebih Rp.4.000.000,- Untuk info lengkapnya bisa lihat di Bank BTN
- Biaya kelebihan tanah (untuk kapling tertentu).
- Biaya penambahan mutu, biasanya perumahan non regency punya standart yang agak dibawah (maaf bukannya menjelekan tapi rumah kami dulu ya begitulah). Developer biasanya yang terlebih dahulu menanyakan ingin ditambah mutu atau tidak. Apabila tidak, ada baiknya teman-teman menanyakan terlebih dahulu.
- Kalau dana yang ada tidak cukup mungkin bisa meminjam dari pihak lain, tapi dengan catatan pengembalian dananya nanti tidak memberatkan. Berat kalau tiap bulan harus membayar cicilan rumah plus cicilan utang buat uang muka (seperti yang pernah kami alami).
2. Dana Cash Yang Harus Ada Selama Proses Pengerjaan Rumah
Dana yang satu ini juga ga kalah penting untuk bahan pertimbangan. Selama proses pengerjaan rumah (setelah uang muka kita bayarkan), kita harus selalu aktif mengawasi proses pengerjaan rumah kita tersebut. Usahakan datang setiap minggu, beri tukang-tukang yang mengerjakan tips berupa rokok dan atau uang (anggaplah tiap tukang diberi tips Rp.50.000,- setiap berkunjung). Ajak mereka komunikasi baik-baik (tidak main perintah), apa yang kiranya kita inginkan dari rumah kita. Dijamin tukang2 akan jauh lebih rapi dalam pengerjaannya dari pada tidak diawasi & gak dikasih tips. Belum lagi biaya penambahan ini itu yang nanti biasanya ketahuan saat proses pengerjaan. Jadi anggaplah tiap bulan kita harus punya spare minimal Rp.300.000,- untuk tips dan lain-lain.
Berikut detail sarana rumah yag harus diperhatikan :
- saluran pembuangan dari kamar mandi maupun dapur (pastikan gak mampet & bocor).
- selokan (pastikan nantinya bisa berfunsi dengan baik dan ga gampang mampet).
- sistem pembuangan air hujan (pastikan tidak menyebabkan kebocoran di atap).
- pemasangan pintu dan jendela (cek untuk presisinya, biasanya banyak yang seret atau longgar)
- pemasangan keramik lantai (untuk menghindari keramik pecah krn semen tidak rata, juga
- pengerjaan nad-nya bisa minta untuk rapi)
- pembuatan bak mandi (pastikan sambungan nad-nya tidak menyebabkan kebocoran)
- dan hal detail lainnya yag biasanya ketahuan saat pengerjaan rumah.
3. Kemampuan Membayar Cicilan Rumah Tiap Bulan
Menurut teori, penghasilan kita setidaknya tiga kali dari besar nilai cicilan rumah tiap bulan. Jadi contoh, besar cicilan rumah tiap bulan sebesar Rp.750.000,- selama 15 tahun, berarti penghasilan kita tiap bulan minimal Rp. 2.250.000,- (dengan catatan tidak punya cicilan lain seperti mobil atau motor).
Tapi semua juga akhirnya kembali kepada kemampuan masing-masing individu mengelola penghasilan masing-masing.
Dari pengalaman kami, berikut ilustrasi pengeluaran primer tiap bulan saat kredit rumah (untuk biaya hidup di Banjarmasin tahun 2009, suami, istri, dan 2 anak) :
- Sembako untuk 1 bulan, Rp. 450.000,-
- Belanja lauk-pauk dan sayur tiap hari, 30 hari x Rp.20.000 = Rp 600.000,-
- Listrik, air, telpon/pulsa, Rp 250.000,-
- Uang transport & saku suami, Rp. 300.000,-
- Cicilan Rumah, Rp.635.000,-
- Cicilan Kendaraan, Rp.433.000,-
- Cicilan pinjaman, Rp. 300.000,-
- Biaya Kontrak tiap bulan (sewaktu rumah dibangun), Rp. 200.000,-
Total Rp. 3.168.000,-
Padahal penghasilan suami kurang dari jumlah diatas saat itu, alhasil tiap bulan kami pasti tidak
luput gali lubang tutup lubang... :(
Tiga faktor di atas mungkin memang bersifat relatif, kembali lagi pada kemampua individu masing-masing. Namun berdasarakan pengalaman pribadi kami, setidaknya tiga hal inilah yang harus diperhatikan sebelum membeli rumah secara kredit (kalo tunai ceritanya mah lain lagi^^). Semoga bermanfaat buat teman-teman.... :)
2 komentar:
kl kredit rumah, anggap aja bayar sewa rumah tiap bulan tp nantinya rumah itu akan jadi milik kita.. ga kuat kl harus beli tunai.. hehe
bener banget... harga rumah skrg...aduhhhhh...kdng bikin speechless... alias melongo... @o@
Posting Komentar